
Aspeksindo.or.id – Hari puisi telah ditetapkan oleh UNESCO pada tanggal 21 Maret 1999 tujuanya adalah untuk menjadikan edukasi kepada dunia agar melek akan membaca serta menulis dan mengingatkan bahwa puisi adalah karya terbaik sepanjang sejarah peradaban manusia dalam bidang tulis menulis ( sastra ) . dengan adanya hari puisi semoga masyarakat dunia maupun khususnya Indonesia menjadi giat membaca serta tertarik dengan dunia sastra .
Di indonesia khususnya hari puisi nasional di rayakan setiap tahunya pada tanggal 28 April ,Terdapat dua jenis puisi yang terdapat dalam sejarah kesastraan Indonesia yakni puisi lama dan puisi baru. Puisi lama yakni jenis karya sastra yang terikat oleh berbagai aturan aturan baku seperti aturan tentang Rima, kata,bait dan lain-lain.
Untuk macam-macam puisi lama misalnya:
- Mantra,
- Pantun,
- Seloka,
- Talibun,
- Syair,
- Karimna,
- Gurindam.
Puisi Baru
Sedangkan jenis satunya yakni puisi baru yaitu karya sastra atau puisi yang tidak terikat oleh aturan aturan baku baik dari segi suku kata, bait, rima dan berbagai aturan lainnya. Untuk macam-macam puisi baru yaitu :
- Balada,
- Himne,
- Romansa,
- Ode,
- Epigram,
- Elegi,
- Satire,
- Distikon,
- Kuatrin,
- Kuint,
- Sektet,
- Soneta dan lainnya.
Puisi merupakan ragam sastra yang terikat oleh unsur – unsurnya, seperti irama , mantra , rima , baris dan bait .
Puisi juga dapat dikatakan sebagai ungkapan emosi imajinasi , ide , pemikiran, irama , nada susunan kata kata-kata kiasan, kesan pancaindra dan perasaan. Puisi juga di artikan sebagai ungkapan yang memperhitungkan aspek – aspek bunyi di dalamnya, serta berupa pengalaman imajinatif, emosional dan intektual penyair dari kehidupan individu dan sosialnya.
Auden (1978: 3) mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur. Puisi merupakan suatu karya yang terbentuk atas susunan kata penuh makna. Menurut Herman J. Waluyo (1987) puisi merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif yang disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.
Pada hakikatnya manusia tidak bisa jauh jauh dari pada sastra , karena jiwa jiwa manusia itu butuh sastra dan puisi ketika dirinya sedang Bahagia maupun duka , kebanyakan orang akan berpuisi ketika hatinya patah dan terluka. Mendadak menjadi puitis karena sebuah keadaan yang mengharuskan berpuisi .
Itu semua muncul karena sebuah perasaan dan ini adalah hal yang alami dimiliki oleh manusia , kalau kata Pramoedya Ananta Toer.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
― Pramoedya Ananta Toer
Didalam syairnya Pramoedya juga mengatakan , manusia tanpa sastra hanyalah hewan hewan yang pandai .
“Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai.”
― Pramoedya Ananta Toer.