Aspeksindo

Penyu Belimbing Tersangkut Jaring Rumpon , Penyu Belimbing Akhirnya Selamat

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (DJPRL) Wilayah Kerja (Wilker) Palu bersama dengan Dinas Perikanan Kabupaten Buol, Dinas Lingkungan Hidup Kab. Buol, Komandan Pos TNI AL Kab. Buol, Pengawas Perikanan (PSDKP) Kab. Buol dan Komunitas Pemerhati Lingkungan Kab. Buol, berhasil selamatkan penyu belimbing yang terperangkap jaring rumpon nelayan di Pantai Kelurahan Leok, Kab. Buol, Provinsi Sulawesi Tengah.

Penyu belimbing ditemukan terperangkap oleh pemilik rumpon, Sulaeman sekitar pukul 10.00 WITA. Kejadian tersebut langsung dilaporkan Sulaeman kepada Pengawas Perikanan (PSDKP) Kab. Buol yang kemudian berkoordinasi dengan BPSPL Makassar Wilker Palu untuk langsung bergerak menuju lokasi melakukan penanganan.

Kepala BPSPL Makassar, Getreda M. Hehanussa menerangkan bahwa penyu belimbing yang terperangkap jaring rumpon nelayan diselamatkan oleh tim respon cepat dengan menarik penyu tersebut ke darat untuk melepaskan jaring yang melilit badan penyu.

Baca Juga : KKP Berhasil Selamatkan Lumba-lumba Terdampar di Jembrana Bali

“Setelah dilakukan pengecekan kondisi penyu dan pengambilan data morfometrik. Diketahui bahwa panjang karapasnya 163 cm, lebar karapas 107,5 cm dan berjenis kelamin jantan. Sebelum dilakukan pelepasliaran tim respon cepat juga mengambil foto ID untuk mengidentifikasi dan mendata penyu tersebut,” ujar Getreda saat dihubungi di Makassar.

Lebih lanjut Getreda menambahkan, selain melakukan respon cepat, tim juga memberikan sosialisasi langsung kepada nelayan setempat mengenai status perlindungan penyu serta jenis-jenis biota lain yang dilindungi oleh Undang-Undang.

“Apresiasi yang tinggi disampaikan kepada nelayan yang telah melakukan tindakan yang tepat terhadap upaya penyelamatan penyu yang tidak sengaja tertangkap,” pungkasnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Tb. Haeru Rahayu dalam keterangannya di Jakarta menjelaskan bahwa penyu merupakan biota laut yang dilindungi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Hal ini juga diperkuat dengan dikeluarkannya Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 526/MEN-KP/VIII/2015 tentang Pelaksanaan Perlindungan Penyu, Telur, Bagian Tubuh, dan/atau Produk Turunannya. Artinya segala bentuk pemanfaatan penyu baik dalam keadaan hidup, mati maupun pemanfaatan bagian tubuhnya dilarang.

“Penyu menjadi salah satu dari 20 jenis ikan target konservasi oleh KKP yang telah diterbitkan dalam dokumen Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Penyu periode 2016 – 2020. Rencana ini menjadi arahan dan acuan dalam meningkatkan upaya sosialisasi, pengawasan dan penegakan hukum, serta mengurangi kematian penyu” tegas Tebe.

Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) merupakan spesies penyu terbesar dan reptil terbesar ke-4 di dunia. Spesies penyu ini juga termasuk unik karena tidak memiliki karapas yang keras namun tulang cangkang dibungkus kulit yang berlemak. Selain itu, penyu belimbing adalah penyelam yang tangguh dan penjelajah dunia namun keberadaannya saat ini sudah hampir punah.

Sumber : HUMAS DITJEN PENGELOLAAN RUANG LAUT

aspeksindo

KKP Berhasil Selamatkan Lumba-lumba Terdampar di Jembrana Bali

Nomor: SP. 421/SJ.5/IV/2021

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (DJPRL) berhasil mengevakuasi dan menyelamatkan seekor lumba-lumba risso (Risso dolphin) yang terdampar di Pantai Banjar Tembles, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, Jumat (16/4/2021).

Kepala BPSPL Denpasar Permana Yudiarso menerangkan bahwa timnya menerima laporan dari warga bernama Made Surianta tentang lumba-lumba yang terlihat terdampar di perairan Pantai Banjar Tembles, Kabupaten Jembrana pada pukul 04.30 WITA.

Baca Juga : Sempat Terperangkap Jaring Rumpon, Penyu Belimbing Akhirnya Selamat

Mamalia laut berjenis lumba-lumba risso tersebut berusaha didorong kembali ke laut oleh beberapa warga namun kembali terdampar. Saat ditemukan di koordinat 8°23’45,7″LS dan 114°43’50,2″BT, kondisi lumba-lumba masih bergerak dan bernafas.

“Pukul 11.15 WITA masih berdenyut jantungnya namun sudah tidak merespon dan tidak bergerak. Terindentifikasi berukuran kurang lebih 3 meter, usia kira-kira 15 tahun, berjenis kelamin betina,” jelas Yudi.

Saat tim respon cepat tiba di lokasi, lumba-lumba telah diupayakan digiring ke tengah laut oleh Satuan Pengawas Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Jembrana, Jakarta Animal Network, Pokmaswas Satgas Lingkungan Pejarakan sampai pukul 15.30 WITA namun kembali terdampar.

“Tim PSDKP menghubungi drh. Dwi (Flying Vet) untuk meminta saran tindak lanjut penanganan. Berdasarkan petunjuk dokter akhirnya lumba-lumba dipindahkan ke Pelabuhan Pengambengan dan akan dilepas menggunakan kapal di tengah laut. Jam 16.45 WITA lumba-lumba berhasil dipindahkan menuju pick up untuk selanjutnya berangkat menuju pelabuhan Pengambengan,” urainya.

Saat tiba di pelabuhan Pengambengan, tim bersama PSDKP, Flying Vet dan Jakarta Animal Network berhasil membawa lumba-lumba menuju tengah laut dengan perahu nelayan setempat melepasliarkan ke tengah laut. Sementara kondisi selanjutnya dipantau oleh taruna Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana untuk mengantisipasi lumba-lumba terdampar kembali.

Lumba-lumba termasuk mamalia laut yang dilindungi secara nasional.  KKP telah menetapkan rencana aksi nasional (RAN) konservasi bagi semua jenis mamalia laut tersebut melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 79 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Mamalia Laut Tahun 2018-2022.

Sumber: HUMAS DITJEN PENGELOLAAN RUANG LAUT

pulau-baru-ntt

Begini Penampakan Pulau Baru Pasca Badai Seroja NTT

Camat Loaholu Jemi Oktovianus Adu , membenarkan adanya pulau baru yang muncul usai badai Siklon Tropis Seroja di kecamatan Loahalu, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur ( NTT ) ,

“Pulau itu muncul tepatnya hari Minggu 5 April 2021. Pulau itu terbentuk dari gundukan pasir dan batuan,” ungkap Jemi saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon.

Pulau baru itu berada di wilayah Dusun Sai, Desa Tolama, Kecamatan Loaholu dan luasnya sekitar 152 langkah kaki .  Jarak dari tepi pantai sekitar 200 meter dan tampak seperti pagar bebatuan di laut.

Baca Juga : Pulau Baru Muncul di NTT Pasca Badai Seroja

Rencana pulau tersebut diberi nama Pulau Paskah

Jemi menceritakan, keberadaan pulau baru itu pertama kali dilihat oleh kepala Desa Tasilo Isak Dea dan sejumlah warga setempat, tepatnya pada hari Minggu .

Isak dan warga pun segera melaporkan temua it uke warga lainnya. Rencananya , menurut Jemi, warga ingin pulau baru itu diberi nama pulau Paskah.

Wakil Bupati Rote Ndao Stefanus M Saek, mengaku sudah menerima informasi itu namun dirinya belum melihat secara langsung .

Penampakan pulau baru melalui video yang bersumber dari salah satu akun facebook bernama Bram Nappoe yang di unggah pada ( 13/4/2021 ) pukul 11:30 .

aspeksindo-pulau-baru

Pulau baru muncul di NTT pasca Badai Seroja

Pemerintah NUSA Tenggara Timur ( NTT ) telah meminta pihak Lembaga Imu Pengetahuan Indonesia ( LIPI ) segera turun untuk melakukan riset dan penelitian dengan fenomena kemunculan pulau baru di kabupaten Rote Ndao, setelah badai Seroja yang melanda wilayah tersebut pada pekan lalu.

Mengenai hal tersebut juru bicara pemerintah provinsi NTT, Marius Ardu Jelamu  mengungkapkan, “Memang di Pulau Rote muncul sebuah pulau kecil , sehingga perlu dilakukan sebuah penelitian ilmiah secara geologis . Kita harapkan para peneliti dari LIPI untuk datang melakukan riset ilmiah mengenai kemunculan femonomena pulau baru di provinsi NTT pasca badai seroja .”Seperti dilansir dari kompas.com sabtu ( 17/4/2021 ).

Menurut marius, pemerintah kabupaten Rote Ndao belum melaporkan kejadiaan ini secara resmil tentang kemunculan pulau tersebut. Pihaknya , mengetahui fenomena baru itu melalui pemberitaan Media Masa yang tersebar di wilayah Rote Ndao .

Baca Juga : Begini Penampakan Pulau Baru Pasca Badai Seroja NTT

Barangkali kemungkinan pulau itu muncul akibat pengaruh dari gelombang tinggi disertai angin putting beliung ketika badai seroja melewati laut hingga menciptakan pusaran yang besar sehingga satu lubang tercipta dan sedimen dari dasar laut terangkat ke atas membentuk sebuah pulau baru. “ Kata Marius“.

Kita kan belum mengetahui , apakah pulau yang muncul itu karena dibawahnya banyak tumpukan sampah , atau tanah itu terbawa dari daratan akibat gelombang pasang yang berada di lautan “sambung Marius”

Karena itu marius mengatakan , perlu dilakukan riset mendalam mengenai fenomena hal tersebut oleh LIPI atau pun penelitian untuk mengetahui penyebab jelas munculnya pulau tersebut .

Baca Juga : Aspeksindo Punya Peran Sentral Maju Mundurnya Bangsa Indonesia

“Kita berharap ada riset dari peniliti LIPI sehingga bisa menjelaskan secara mendetail kepada halayak public, karena ini fenomena yang menarik ,” Ujarnya.

Hal ini juga sudah dibenarkan oleh Camat Loahalu Jemi Oktavianus Adu yang menjelaskan bahwa pulau tersebut muncul pada  hari minggu , 5 April 2021. Pulau tersebut terbentuk dari gundukan pasir dan batuan.

Sumber : KOMPAS.COM